Tuesday, 28 April 2015

Tips Mengungkapkan Perasaan dalam Keluarga

Tips Mengungkapkan Perasaan dalam Keluarga

Tips Mengungkapkan Perasaan dalam Keluarga
Untuk menjaga suasana keluarga harmonis, Anda tidak boleh menimbulkan tekanan di dalamnya saat berkomunikasi seperti berteriak atau mengomel sekalipun Anda sedang marah atau sedih. Bila Anda ingin mengungkapkan perasaan, cobalah lihat ke dalam diri sendiri terlebih dahulu. Coba pahami perasaan Anda dan anggota keluarga yang akan mendengarnya. Jangan sampai apa yang Anda ungkapkan menyakiti mereka lalu dan merusak keharmonisan keluarga.
Sebelum Anda menyampaikan perasaan, lakukan identifikasi terhadap perasaan itu. Ajukan beberapa pertanyaan berikut kepada diri Anda sendiri:
  • Perasaan apa ini?
  • Mengapa perasaan ini muncul?
  • Apa hubungan perasaan ini dengan situasi keluarga sekarang?
Selanjutnya jika Anda sudah berhasil mengidentifikasikan perasaan Anda, tips mengungkapkannya dengan baik berikut ini mungkin bisa membantu:
  • Sampaikan dengan duduk. Duduk akan membawa suasana Anda dan keluarga lebih tenang.
  • Mintalah suami dan anak-anak duduk lalu ambil nafas panjang sebelum Anda mulai berbicara.
  • Ketika mulai mengungkapkan perasaan Anda, jangan mengawalinya dengan menunjuk “kamu…” tapi gunakan “saya rasa…” sehingga tidak menimbulkan kesan Anda sedang menjatuhkan kesalahan kepada orang lain.
  • Sampaikan dengan jelas. Jika Anda berbicara dengan ekspresi riang tapi nada suara Anda menunjukkan kemarahan, orang yang mendengarnya bisa jadi bingung atau tersinggung. Lebih baik sampaikan secara lugas, baik ekspresi maupun suara harus seimbang. Namun, hindari nada suara tinggi dan ekspresi tegang.
Pada akhirnya Tips Keluarga, jadikanlah solusi dari perasaan Anda itu sebagai sebuah proses perwujudan keluarga harmonis. Misalnya jika Anda merasa marah dan sedih karena si bungsu dan si sulung ketahuan membolos sekolah, mintalah si bungsu untuk tidak mengulanginya lagi sementara si sulung harus bisa menjadi contoh yang baik. Anda juga bisa meminta tolong kepada suami untuk bersama-sama lebih memperhatikan anak-anak. Mudah, melegakan, dan tanpa tekanan bukan?

0 comments:

Post a Comment