Friday, 8 May 2015

Kisah 70 Orang Mati Hidup Lagi


Kisah 70 Orang Mati Hidup Lagi

Kisah Islamiah kali ini akan menceritakan kisah tentang 70 orang yang sudah mati, namun kemudian hidup lagi. Kisah ini diambil dari ayat Al Qur'an Surat Al A'raf ayat 149, 151, 154, 155 dan Surat Al Baqarah ayat 55, 56, 63 dan 64.

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Musa a.s.
Kala itu ada 70 umatnya mati hangus karena tersambar halilintar. Kemudian atas doa Nabi Musa a.s serta izin dari Allah SWT, mereka pun hidup lagi dan menyatakan tobat.

Setelah lolos dari kejaran Raja Fir'aun dengan membelah lautan, umat Nabi Musa a.s menjadi kaum yang taat dan ahli ibadah. Namun hal itu tidak berlangsung lama.
Petaka terjadi ketika Nabi Musa a.s pergi ke bukit Thursina, umatnya berulah dan murtad, padahal kepergian Nabi Musa a.s itu untuk menerima wahyu dari Allah SWT berupa kitab Taurat selama 40 malam.
Bahkan sebelum Nabi Musa pergi, ia telah menitipkan umatnya kepada saudaranya Nabi Harun a.s.

Kepergian Nabi Musa itu digunakan berbuat jahat oleh Samiri. Ia menyebarkan benih syirik dengan membuat patung anak lembu untuk disembah sebagai Tuhan. Patung itu dibuatnya dari emas dan untuk meyakinkannya, Samiri memasukkan tanah bekas Malaikat Jibril ke dalam perut patung tersebut.
Ajaib, patung anak lembu tersebut bisa bersuara.

Murtad
Tanah bekas Malaikat Jibril itu diambil Samiri ketika melintasi lautan yang terbelah. Sebagaimana diketahui, bahwa meskipun lautan sudah menjadi jalan, rombongan kuda jantan umat Nabi Musa tidak mau melintasi laut tersebut. Saat itulah Malaikat Jibril turun ke bumi dan mengendarai kuda betina.
Melihat kuda betina masuk laut, maka kuda jantan pun berusaha mengejar dari belakang, sehingga sampailah ke seberang dengan selamat. Bekas debu kuda Jibril inilah yang diambil oleh bangsa Samiri dan dimasukkan ke dalam patung anak lembu.




Pada hari yang ditunggu, Nabi Musa pun kembali setelah selesai bermunajat. Nabi Musa sangat marah tatkala melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya.

"Hai Samiri, apakah yang mendorongmu untuk menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali murtad menyembah patung yang engkau buat dari emas itu. Akibat perbuatanmu itu, engkau harus dikucilkan.
Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat, nerakalah tempatmu, dan Tuhanmu yang engkau buat ini akan kami bakar dan campakkan ke dalam laut," ujar Nabi Musa.

Kemudian Nabi Musa menasehati kaumnya. Akan tetapi kaumnya bukannya bertobat, kaum tersebut justru memperlihatkan kebodohannya.
Mereka terberdaya oleh patung anak lembu yang bisa bersuara.
"Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri, maka bertobatlah kamu kepada Allah," ucap Nabi Musa a.s.

Bertobat.
Allah kemudian memerintahkan kepada Nabi Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya untuk meminta ampun atas dosa mereka. Maka dipilihlah 70 orang dari kaumnya untuk pergi bersama ke Thursina. Selama bepergian itu, mereka diperintahkan untuk berpuasa, menyucikan diri.

Setiba mereka di Thursina, turunlah awan yang tebal menelimuti seluruh bukit itu,kemudian masuklah Nabi Musa diikuti oelh para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud.
Dalam keadaan bersujud tersebut, tiba-tiba terdengarlah percakapan Nabi Musa dan Allah SWT. Pada saat itulah, timbul dalam hati mereka untuk melihat zat Allah dengan mata kepala mereka sendiri.

"Kami tidak akan beriman kepdamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," ucap salah seorang kaumnya.
Sebagai jawaban atas keinginan mereka yang menunjukkan kesombongan itu, seketika itu juga Allah mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib yang menimpa kelompok 70 orang itu dan ia memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka dan dihidupkan kembali.

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Musa, dan Allah menghidupkan kembali kelompok 70 orang. Ketika terbangun, mereka seakan-akan seperti orang yang baru sadar dari pingsannya.
Kemudian pada kesempatan itu pula, Nabi Musa membaiat kaumnya untuk berpegang teguh kepadakitab Taurat sebagi pedoman hidup.
Demikian kira-kira kisahnya, Wallahu A'lam.

0 comments:

Post a Comment